Sabtu, 03 Februari 2018

HARI PERNIKAHAN #JURNAL KE-3


Hari ini adalah hari Sabtu tanggal 03 Feberuari 2018, 
Jurnal ketiga di bulan Feberuari.
Hari ini saya akan bercerita tentang peenikahan Kakak sepupu saya.

Tepatnya tanggal 03 feberuari 2018, kakak sepupu saya telah memutuskan untuk menikah dengan lelaki pilihannya. Bandung, iyalah tempat untuk merayakan hari bahagia tersebut. Runtutan acara yang dilakukan mulai dari salon yang dimuali dari jam 01.00 wib untuk acara gereja, karena kita beragama Kristen, dan acara pemberkatan diGereja GBKP Bandung dimulai pada pukul 07.00 wib.

Setelah diacara Gereja, kita berangkat ke Gedung untuk melanjutkan acara yakni acara Adat. Bukan suatu kebetulan, karena ini Takdir, adat yang kita jalankan adalah adat Suku Karo, karena kita memang suku Karo. Karo adalah salah satu Suku dari banyaknya suku yang ada di Sumatera Utara.

Adat secara keseluruhan akan dibahas dilain waktu, karena saya akan lebih berfokus pada bahasan tentang Pernikahan itu sendiri.

Menurut saya, Pernikahan itu adalah suatu ibadah untuk umat manusia, dengan membina hubungan antara lelaki dan wanita yang bertujuan untuk ibadah dan meneruskan generasi kehidupan manusia.

Secara mendetail, Pernikahan itu harus didasarkan oleh rasa saling cinta antara dua umat manusia, secara menyeluruh dalam segala keadaan, baik suka dan duka, saling menyanyangi baik susah dan senang sampai akhirnya maut memisahkan.

Dalam kehidupan, Pernikahan adalah suatu yang sakral, karena pernikahan sesungguhnya adalah sesuatu yang ketika diulang mungkin tidak akan terasa indah seperti diawal. Ingat itu menurut saya, dan bagaimana menurut kalian, terserah kalian itu hak kalian.

Bedanya Pernikahan dengan sekolah atau pendidikan adalah sebagai berikut, 
Apabila Sekolah atau pendidikan akan mendapatkan ijazah atau sertifikat ketika selesai mengerjakan ujian, sedangkan pernikahan adalah sesuatu yang mendapatkan ijazah atau sertifikat dalam artian surat nikah terlebih dahulu, baru kita akan menjalankan ujian yang artinya ujiannya tidak akan ada habisnya, kecuali ketika sudah meninggal dunia.

Secara umum pernikahan itu tidak hanya menjalankan kehidupan antara wanita dan lelaki yang menjalankan pernikahan tersebut, melainkan antara dua keluarga yang disatukan dengan segala latar belakang dan didikan yang berbeda, artinya segala sesuatu harus lebih direndahkan, khususnya keegoisan dalam diri masing-masing termasuk menurunkan keegoisan antara keluarga masing-masing, karena semuanya tidak akan bisa sesuai dengan yang kita harapkan 100%. Ingat dipersatukan antara dua keluarga dengan latar belakang dan didikan yang berbeda, jadi tidak akan pernah sesuai 100% kecuali kita harus hadapi dan syukuri, dan berusaha memperbaiki diri masing-masing.

Pernikahan tidak pernah direncanakan untuk jangka waktu tertentu, karena idealnya dan seharusnya pernikahan itu adalah sekali untuk seumur hidup sampai akhirnya maut memisahkan.

Hendaklah Pernikahan itu selalu mulia dimana sudah memutuskan untuk hidup bersama, jangan rusak indahnya mulianya sebuah pernikahan hanya karena keegoisan manusia.

Kesimpulan dari semuanya adalah pernikahan itu haruslah saling sayang satu sama lain sampai akhir hidup, setia sama pasangan, sabar, jalani, nikmati, syukuri, berserah pada yang Punya Kehidupan, Didiklah anak sebagaimana seharusnya untuk meneruskan generasi yang luar biasa, hendaklah hidup sebagaimana manusia yakni makluk sosial yang tidak pernah bisa hidup sendiri, jadi jangan pernah lupakan keluarga.

Sekian Dan Terimakasih. Silahkan di koment bagaimana pernikahan itu menurut kalian .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Air Mata Kekasihku

Di dalam baringku, dia menghampiriku. membaringkan dirinya didekatku. kepalanya mulai bersandar di bahuku. Aku sedih Kalimat singkat...